Rabu, 28 Desember 2011

Timor-Leste Menapak Hari Depan yang Cerah oleh Parlin Pakpahan

Tak terasa perjalanan Timor-Leste sebagai sebuah negara yang merdeka dan berdaulat telah berjalan kurang-lebih 1 dasawarsa. Di awal kemerdekaannya tak lama setelah Referendum Timtim tahun 1999, banyak pengamat yg memprediksi betapa Negara muda ini nanti akan kelabakan *sendiri menghadapi masalah internal yang sungguh tak mudah diatasi oleh para pemimpin Timor-Leste.
Mereka para pengamat itu lupa bahwa kemerdekaan sebuah negara bukanlah permainan sulap ala Dedi Corbuzier. Kemerdekaan itu sangatlah mahal. Pencapaiannya butuh waktu yang panjang dan butuh pengorbanan dari segenap komponen bangsa. Tak heran Bung Karno menerjemahkannya sebagai Jembatan Emas. Dan untuk Timor-Leste sejarah mencatat betapa besar dan mahal pengorbanan rakyat Timor-Leste dalam mencapai kemerdekaan itu. Dan bersyukurlah Timor-Leste di bawah kepemimpinan Kayrala Xanana Gusmao berhasil melalui semuanya itu dengan gemilang.
Sekarang sudah semakin jelas bahwa kemajuan sebuah negara tidaklah ditentukan oleh seberapa besar wilayah negara yang bersangkutan. Seperti halnya Timor-Leste yang di atas peta bumi hanyalah seluas kuranglebih 14 ribuan Km2. Juga kemajuan sebuah negara itu tidak pula ditentukan seberapa hebat rencana pembangunan nasional dituangkan di atas kertas perencanaan. Kemajuan sebuah negara itu terbukti hanya bisa dicapai apabila Founding Fathers konsisten dengan Moralitas Perjuangan itu sendiri.

Sampai sejauh ini, para pemimpin Timor-Leste di bawah kepemimpinan Xanana Gusmao tetap konsisten dengan Moralitas Perjuangan Kemerdekaan itu bahwa yang utama dalam pencapaian kemerdekaan adalah memperhatikan dan memperjuangkan kepentingan rakyat. Sempat memang terjadi krisis politik pada tahun 2006-2007 ketika pemerintah yg berkuasa ketika itu di bawah PM Marie Al Katiri mengambil kebijakan merasionalisasi tentara. Krisis yg meruncing dan nyaris menimbulkan Perang Saudara itu kemudian berangsur-angsur dapat diatasi oleh pemerintah. Dan sekarang tahun 2011, konsolidasi nasional yg ditempuh pemerintah Xanana sejak menggantikan Marie Al Katiri semakin memperlihatkan hasil nyata, terlebih setelah manuver politik yang dilakukan pemerintah berhasil memperkuat posisi tawar Timor-Leste dalam Eksplorasi dan Eksploitasi Minyak Lepas Pantai di Laut Timor. Semua orang tahu yang mendominasi Eksploitasi Minyak Laut Timor sejak lama adalah Australia. Canberra akhirnya tahu diri dan sadar bahwa Timor-Leste yang Kuat dan Mandiri di masa datang adalah negara tetangga terdekat yang akan menguntungkan Australia. Maka kedua negara kemudian sepakat menandatangani sebuah perjanjian baru yang menguntungkan kedua belah pihak. Salah satu butir yang disepakati dalam perjanjian itu adalah Pipa Gas dari Bayu Undan Laut Timor akan dialirkan ke Timor-Leste. Untuk itu Pemerintah Timor-Leste sekarang sedang sibuk mempersiapkan rencana pembangunan Terminal Gas & Refinery di Viqueque termasuk membangun Trans Timor dalam rangka meningkatkan aksesibilitas bagi industri Minyak dan Gas di Timor-Leste.
Dengan kemenangan politik ini, tak heran Pemerintah Timor-Leste beberapa waktu yang lalu bertandang ke Jakarta untuk sebuah misi politik yang sudah lama dipersiapkan yaitu mendekati Jakarta agar bersedia bekerjasama dalam peningkatan infrastruktur fisik dan peningkatan desentralisasi dalam sistem pemerintahan Timor-Leste. Itu yang utama disamping ada beberapa lainnya seperti kerjasama di bidang pertanian dan pendidikan. Gayung pun bersambut, pemerintah Indonesia di bawah Sby menyatakan siap membantu Timor-Leste untuk itu. Sama halnya dengan Canberra. Jakarta pun sadar bahwa Timor-Leste yg Kuat dan Mandiri di masa datang adalah tetangga terdekat yang menguntungkan bagi Indonesia. Terlebih setelah Timor-Leste pada tahun yang akan datang resmi menjadi anggota Asean.http://politik.kompasiana.com/2011/04/01/timor-leste-menapak-hari-depan-yang-cerah-oleh-parlin-pakpahan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar