Selasa, 31 Mei 2011

Kasus Lospalos

Kronologis kasus ini berawal pada tanggal 23 Januari 2004, yaitu pada saat  berlansungnya  pertandingan Sepak Bola Don Bosco Cup di Kabupaten Lospalos (lihat: Timor Post, edisi tanggal 26 Januari 2004 dan Vox Populi No.1, Januari 2004, “Kasus F-FDTL di Lospalos, Melukai Hati Warga Sipil”). Ketika itu, terjadi aksi provokasi tidak senang terhadap F-FDTL yang dilakukan oleh Juvinal da Costa beserta kelompoknya. Juvinal da Costa adalah lelaki kelahiran Lospalos, yang pada masa perlawanan masuk kelompok klandestin. Kemudian dia lari ke Portugal dan masuk menjadi tentara Portugal. Tahun 2000, dia ikut dalam pasukan Portugal yang bertugas sebagai Pasukan Penjaga Perdamaian PBB (UN-PKF) di Timor Leste. Setelah habis masa tugasnya di Timor Leste, ia kembali ke Portugal. Pada tahun 2002, dia kembali mendapat kesempatan bertugas di Timor Leste lewat misi UN-PKF.  Setelah enam bulan, dia kembali ke Portugal dan kemudian keluar dari ketentaraan. Setelah menjadi warga sipil, dia kembali lagi ke Timor Leste.


Aksi provokasi oleh Juvinal dan kelompoknya itu direspon oleh sejumlah  prajurit F-FDTL sehingga akhirnya terjadi perkelahian antara kelompok pemuda yang memihak kepada Juvinal dengan anggota F-FDTL pada tanggal 24 Januari 2004 siang. Perkelahian tersebut mengakibatkan satu orang prajurit dan dua orang dari kelompok pemuda luka-luka.   

Kejadian tersebut selanjutnya dilaporkan oleh F-FDTL sebagai tindakan penganiayaan terhadap anggota F-FDTL kepada pihak Polisi Lospalos. Polisi lantas mengamankan  dan menginterogasi Juvinal di kantor Polisi. Tetapi karena waktu itu situasinya agak panas, lantas Polisi membebaskan Juvinal dengan alasan setelah situasi aman baru diselesaikan secara hukum.

Terhadap pelepasan Juvinal tersebut, Prajurit F-FDTL merasa tidak puas, karena terhadapnya tidak diberikan hukuman. Prajurit F-FDTL meminta pertanggungjawaban Polisi tetapi hal tersebut tidak dihiraukan oleh Polisi. Atas tanggapan Polisi yang demikian, kemudian prajurit F-FDTL mengungkapkan ketidakpuasannya dengan kembali ke markas dan memanggil teman-temannya yang berjumlah kurang lebih 20 orang. Para prajurit yang berjumlah 20 orang tersebut, mengambil senjata laras panjang dan mendatangi kantor polisi Lospalos sambil melakukan tembakan sporadis ke udara.

Atas tindakan penembakan yang dilakukan oleh prajurit F-FDTL tersebut, mengakibatkan masyarakat disekitar tempat kejadian panik dan menimbulkan situasi tegang di Lospalos. Kejadian itu tidak hanya mengakibatkan kepanikan masyarakat, tetapi anggota Polisi yang ada di Kantor Polisi Lospalos juga kabur dari markasnya, menghindari anggota prajurit F-FDTL yang dalam keadaan emosi.

Aksi sekelompok prajurit F-FDTL tersebut mengundang emosi dari warga Lospalos. Kemudian masyarakat melakukan aksi demonstrasi untuk menentang sikap yang ditunjukkan oleh para prajurit F-FDTL. Aksi tersebut juga diwarnai dengan tindakan menahan satu unit kendaraan militer milik F-FDTL. Situasi emosional itu akhirnya berhasil diredakan oleh komandan Batalion II F-FDTL yaitu Letkol Aluk. 

Pada tanggal 26 Januari 2004, Pemerintah mengirim sebuah tim yang terdiri dari unsur polisi, F-FDTL, Kejaksaan Agung dan beberapa instansi lainnya, dengan misi untuk mengumpulkan informasi yang sebenarnya di lapangan. Untuk mengambil tindakan lebih lanjut, maka pimpinan F-FDTL memindahkan para prajurit tersebut dari Lospalos ke maskar besar F-FDTL di Metinaro, Dili.

Sampai sekarang, kasus ini masih dalam tahap investigasi. Dalam perkembangan terakhir, Presiden RDTL yang menjabat sebagai Panglima Tertinggi F-FDTL juga akan membentuk tim investigasi untuk menyelidiki kasus ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar