Kamis, 29 September 2011

'Industri Pay TV Lebih Cerah Dibanding Telekomunikasi'

Jakarta - Industri siaran televisi berbayar (Pay TV) dinilai lebih potensial dibanding industri telekomunikasi saat ini. Peluangnya juga masih sangat besar, sebab dari 40 juta rumah tangga yang memiliki perangkat televisi di Indonesia, baru 2,5% yang berlangganan Pay TV.

"Pasarnya masih sangat besar. Jika melihat kondisinya saat ini Pay TV lebih menjanjikan dibanding sektor telekomunikasi," kata Guntur Siboro, Direktur Pemasaran dan Penjualan Aora TV, di Pacific Place SCBD, Jakarta, Kamis (29/9/2011).

Dibanding telekomunikasi seluler yang memiliki pelanggan 180 juta lebih, peluang di Pay TV masih terbuka lebar karena baru memiliki pelanggan sekitar satu juta lebih.

Saat ini, penyelenggara Pay TV terbanyak saja baru sekitar 700-800 ribu oleh Indovision. Pesaing terdekatnya adalah Telkomvision dengan pelanggan 200 ribu, dan First Media serta Aora TV yang masing-masing 100 ribu pelanggan. "Pasar Pay TV lebih communal, karena penggunanya sekeluarga," kata Guntur.

Aora yang menggunakan teknologi KU-band melalui satelit Measat-3, menurut Guntur, berhasil menggaet 100 ribu pelanggan hingga September 2011 berkat program paket berlangganan dengan harga terjangkau.

"Kami berhasil mengalami pertumbuhan pelanggan lumayan tinggi sejak kuartal I tahun ini berkat strategi paket berlangganan yang terjangkau. Diestimasi 60% total pengguna berasal dari paket tersebut," ujarnya.

Diungkapkannya, basis pelanggan terbesar berada di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Jawa Barat, dan Sumatera. "Kami optimistis pelanggan akan terus tumbuh karena penetrasi TV berbayar baru 2,5% dari total populasi penduduk yang memiliki televisi atau sekitar 40 juta dari total 60 juta rumah tangga," katanya.http://www.detikinet.com/read/2011/09/29/184302/1733569/319/industri-pay-tv-lebih-cerah-dibanding-telekomunikasi/?i991101105

Untuk lebih memperluas penetrasi penjualan, perseroan akan menyasar daerah-daerah terpencil. Saat ini Aora sedang fokus menggarap wilayah Jambi, Sulawesi, Manado, dan Balikpapan.

"Tantangan memasarkan Aora TV adalah mengubah pola pikir masyarakat tentang televisi berbayar. Saat ini di masyarakat masih berkembang pemikiran TV berbayar lebih mahal ketimbang siaran free to air," katanya.

Dijelaskan olehnya, ke depan perusahaan juga akan mulai menyasar segmen atas dengan menyediakan layanan TV berteknologi High Definition (HD) sebelum akhir tahun. Selain itu juga berencana mengembangkan layanan televise tiga dimensi (3D), dan I-pay TV atau televisi internet.

Aora TV pertama kali mengudara pada tanggal 8 Agustus 2008 dengan nama PT Karyamegah Adijaya dengan investasi awal Rp 40 miliar. Perusahaan ini pada 2008 sempat membetot perhatian pasar karena mendapatkan lisensi hak siar Liga Inggris musim 2009/10.

Sejak akhir Agustus 2009, Aora TV memutuskan untuk menghentikan siaran Liga Utama Inggris. Akhirnya, karena ditinggalkan para pelanggannya, Aora TV pun merugi dan pada akhir 2009 merumahkan 90% karyawannya dan vakum mengudara.

Kerasnya persaingan di TV berbayar membuat rekam jejak Aora TV yang tidak mulus dimanfaatkan oleh pesaing dalam komunikasi pemasarannya belakangan ini mealui iklan tentang harus berhati-hati berlangganan operator TV berbayar.

"Perlu kami tegaskan, Aora TV yang sekarang berbeda dengan yang dulu. Kepemilikannya sudah berubah," tegas Guntur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar